Mataram, Perkawinan Anak yang terjadi di Provinsi NTB disebabkan oleh banyak faktor salah satunya kurangnya akses informasi mempelajari kecakapan hidup dan hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Situasi pandemi covid 19 semakin mempersulit remaja untuk mengakses setiap unit layanan kesehatan reproduksi dan seksual. Untuk itu Plan Internasional menyelenggarakan Diskusi dengan Guru dan Wali Murid SMAN 4 Mataram menuju Sekolah Ramah Anak.
Kepala DP3AP2KB Provinsi NTB, Dra. T Wismaningsih Drajadiah mengatakan Pemerintah Provinsi sangat mengharapkan agar seluruh SMA di Provinsi NTB menjadi Sekolah Ramah Anak (SRA) karena Provinsi NTB sekarang ini sedang mempersiapkan diri menjadi Provinsi Layak Anak (PROVILA).
“Sekolah harusnya melindungi anak-anak kita, memperoleh lebel Sekolah Ramah Anak (SRA) tidak mudah, banyak proses, kita harus bersyukur mempunyai Sekolah Ramah Anak”.ujar Bunda wisma.
Kementerian PPPA RI mengharapkan anak-anak menjadi pelopor dan pelapor jika terjadi kekerasan.
Banyak kasus yg terjadi, salah satunya adalah Pernikahan dini yang menjadi point penting dalam SRA karena banyak dampak yang di akibatkan untuk anak-anak kita.
“Kami sangat memohon dukungan dari wali murid bersama-sama menciptakan SRA bagi anak-anak kita, Di sekolah ramah anak tidak boleh lagi ada anak yang menikah di usia dini, tidak boleh lagi ada Bullying ataupun kekerasan terhadap anak, tidak hanya anak saja yang menjadi pelopor dan pelapor, tetapi orang tua di rumah juga bisa. mohon dukungan dari bapak ibu wali murid”. Tutup bu wisma. (dodik.dp3ap2kb)